Salam literasi!
Halo semua! Welcome back to my blog
Buat kalian yang lagi cari inspirasi cerpen untuk lomba atau tugas sekolah, kalian bisa nih jadiin cerpen aku sebagai referensi, why? Karena cerpen ini adalah cerpen yang aku buat waktu aku ikut lomba cerpen GenRe nasional yang di selenggarakan di Sulawesi. Trus? Ya, Alhamdulillah aku menang✨. Artinya, cerpen aku adalah referensi yang terakreditasi untuk kalian.
Oiyaaa aku juga punya pesan, buat siapapun yang baca blog aku, kalian hebat, siapapun kalian dan apapun yang kalian impikan pasti akan tercapai suatu hari nanti, karena aku percaya, DIFFERENT FLOWER, DIFFERENT TIME TO BLOOM. It's all about time☺🤍
Yuk langsung ke cerpennya, i hope you find this helpful
antara Mira dan Lisa
Oleh : Tiara Larasati
Pagi itu suara ambulans terdengar di perumahan Rose Grant blok A. Dari jendela, Mira mencoba mengintip untuk melihat darimana suara ambulans itu berasal, ternyata suara itu berasal dari depan rumah Lisa. Ya, ada ambulans di hari Minggu depan rumah Lisa dan beberapa orang tetangga. Keluarga Mira dan keluarga Lisa memang tidak dekat, tapi Mira sebagai teman sebangku Lisa kadang mengunjungi rumah Lisa yang jaraknya dua puluh meter dari rumahnya untuk sekedar mengembalikan buku. "Bundaa" panggil Mira dari dalam kamar, "eh iya Mira sudah bangun yaa" sahut Bunda sambil menghampiri kamar Mira, "nak, Lisa dibawa kerumah sakit" kata Bunda setelah membuka pintu kamar Mira, "iya Bunda aku tadi ngintip dari jendela, kita mau ikut ke rumah sakit gak?" tanya Mira, "tadi kata tetangga sebelah, Bundanya lisa buru-buru langsung bawa Lisa ke rumah sakit, seperti gak mau orang lain tahu" jawab Bunda. "Oh gitu ya bun, ya sudah kita doakan saja semoga Lisa gak kenapa kenapa ya bun?" kata Mira, "iya Nak, Aamiin, ya sudah kamu mandi dulu sana, Bunda sudah siapin sarapan, Ayah sudah nunggu dibawah" titah Bunda, "oke bun" kata Mira sambil turun dari kasurnya dengan semangat, "mira, hati-hati ", kata Bunda khawatir. Mira langsung beranjak pergi ke kamar mandi.
Setelah lima belas menit di kamar mandi, akhirnya Mira selesai. "Mira, mau bunda bantu?" kata Bunda dari meja makan, "engga bun Mira bisa kok",sahut Mira. "Ayah sudah setengah piring yaa" kata Ayah merayu Mira, "siap ayah hehehe" sahut Mira. Mira adalah anak satu-satunya, Ayah dan Bundanya sangat menyayangi Mira. Saat ini umur Mira 14 tahun, tapi 3 tahun terakhir Mira menjalani hidup yang awalnya sangat menghancurkan hati Mira dan kedua orangtuanya. Setelah berpakaian, Mira bergabung di meja makan bersama kedua orangtuanya. "Tadi kaki Mira sempet bunyi bun, tapi gak apa-apa kok hehe",kata Mira sambil duduk di samping bunda. "Sakit gak nak?", tanya Bunda. "Engga bun",kata Mira. Merekapun melanjutkan sarapan paginya.
...
Sore hari, Mira keluar rumah. Seperti biasanya, jika keluar rumah Mira selalu mengenakan Celana panjang dan Sneakers. Sambil menghela nafas, melihat ke arah rumah Lisa, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Sejujurnya, Mira sangat penasaran ada apa sebenarnya dengan Lisa?
Mira menyimpan pertanyaan itu di kepalanya.
"Nanti aku tanya deh di sekolah" kata Mira berkata pelan. Setelah itu, Mira masuk kembali ke rumah, menuju kamar, lalu membaca Al-quran sambil menunggu adzan Maghrib. Lima belas menit kemudian, adzan Maghrib berkumandang. Mira dan kedua orangtuanya melangsungkan solat Maghrib berjamaah di dalam rumah.
Sampai pada Selasa pagi, Mira melihat keluar dari balik jendela kamarnya, Lisa masih tidak terlihat. Bahkan pintu rumahnya masih dalam kondisi yang sama, tertutup rapat. "Miraa, ayo sayang nanti terlambat" panggil bunda. "Iya bun, sebentar" sahut Mira. Mira berangkat ke sekolah di antar oleh ayahnya. Sampai sekolah, ternyata Lisa sudah duduk manis di kursinya. "Hey lis, gimana kabarnya? Kapan kamu pulang? Aku gak lihat" tanya Mira penasaran. Lisa hanya duduk membaca buku, tak menjawab satupun pertanyaan dari Mira. Mira merasa bingung, tidak mungkin Lisa tidak mendengarnya, suara Mira cukup terdengar apalagi jaraknya hanya tiga puluh centi dari jarak Lisa duduk. Selama belajar di kelas, baru kali ini Mira merasa canggung duduk di dekat Lisa. Krek, suara yang tidak terlalu keras itu cukup memecah suasana kelas yang sedang sunyi.
Semua anak-anak di kelas bingung, suara apa itu? hal itu tidak merubah Lisa yang sedari tadi membaca buku. Bu guru pun sepertinya tidak mendengar. Lalu Kegiatan belajar berlanjut.
....
Bel pulang sekolang berbunyi. Lisa dan Mira bersiap-siap memasukan buku-bukunya ke dalam tas lalu keluar kelas tanpa sedikitpun melihat ke arah Mira. Penasaran yang tak terbendung membuat Mira mengejar Lisa. Keduanya memang seperti itu, terkadang pulang sekolah bersama. Jarak sekolah yang tidak jauh membuat mereka pulang dengan menata jejak alias berjalan kaki. Sambil berjalan ke arah rumah, Mira bertanya "Lis, kamu kenapa sih? Cerita dong" kata Mira. Tak ada jawaban. "Lis, jangan seperti ini dong, aku bingung. Ayolah cerita" pinta Mira sambil menarik-narik tangan Lisa. Akhirnya "cukup ya Mira! Aku sudah lelah. Kamu gak tahu kan apa yang aku rasakan selama ini! Aku gak nyaman kalau kamu terus ada di dekatku!" bentak lisa, suara Lisa menguasai jalan, sehingga Mira pun terkejut.
Dengan rasa sedih dan penasaran Mira masih bertanya "tapi kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?" kata Mira dengan nada memelas. "Kamu lihat kulitku! Apa kamu enggak sadar!? Selama ini kamu sering mendapat pujian dari teman-teman! Sedangkan aku? Aku lebih sering tidak dilihat oleh mereka! Padahal aku ini teman sebangkumu! Karna kulitku yang selalu berbintik! Kulitku juga tidak cerah sepertimu! Wajahku tidak menarik seperti dirimu!" bentak Lisa dengan mata yang berkaca-kaca, "lis.. " belum sempat melanjutkan, Lisa menyela perkataan Mira, "aku mengunci diri di kamarku tiga hari tanpa makan! Karna aku benci diriku! Kenapa aku dilahirkan seperti ini!? kenapa Bundaku membawaku ke rumah sakit!?" Lisa tak kuasa menahan tangisnya.
Krek, suara itu terdengar lagi, kali ini membuat Lisa penasaran, tangisnya seketika mereda lalu menatap Mira. Dengan senyuman, Mira membuka sepatunya lalu menunjukan sesuatu yang membuat Lisa terkejut lalu terdiam. "Ini Lis, kamu lihat. Ada alasan mengapa aku selalu memakai sepatu kemanapun aku keluar rumah. Ini kaki palsu, kaki buatan" kata Mira dengan senyum manisnya, Lisa masih terdiam seribu bahasa. Lisa tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. "Aku harus membukanya setiap ingin mandi dan tidur, tak jarang aku merasa lelah, lis. Kecelakaan tiga tahun yang lalu membuatku seperti ini. Bahkan aku menginginkan bentuk tubuh ideal sepertimu. Tak peduli kekurangan yang ada pada dirimu lis, kamu cantik. Kamu unik dengan caramu. Aku pun tidak bisa memaksa apa yang menjadi takdirku, aku sudah bisa menerima ini. Kaki palsu ini hanya untuk menenangkan hatiku" kata Mira dengan lembut. Perlahan Lisa menyentuh kaki palsu Mira "Mira, kamu hebat" kata Lisa sambil memeluk Mira. "tenanglah, Lis". Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kita bisa menjadikan kekurangan kita sebagai kelebihan yang unik" kata Mira dengan lembut. Lisa terenyuh mendengar perkataan Mira. Termotivasi dan penuh percaya diri, Lisa membantu Mira membenarkan posisi kaki palsu itu. Mereka berpelukan lalu berjalan sambil merangkul satu sama lain. Setelah kejadian itu, Lisa dan Mira semakin dekat. Kedua orangtuanya pun mulai akrab satu sama lain.
Amanat : tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kita bisa membuat kekurangan yang ada pada diri kita sebagai kelebihan yang unik yang tidak dimiliki orang lain. Jadi, bersyukurlah atas apa yang telah tuhan beri di hidup kita agar kita bisa mencintai diri sendiri. Percaya diri and Love yourself!
Nah, itu dia cerpennya, jangan lupa drop saran dan kritik kalian di bawah yaa, karena aku suka banget dikasih saran atau kritik, why? Ya, itu bisa bikin aku jadi lebih baik dan baik. Ok gaiss, tetap bernafas and see you on top☺
Visit me on
https://instagram.com/tiara.larasatii?utm_medium=copy_link
No comments:
Post a Comment